Ilmu Pengetahuan Islam

Ilmu Pengetahuan Islam

oleh: Ahmad Suharto


Ilmu Pengetahuan Islam belum merupakan istilah yang dipahami secara utuh oleh masyarakat. Seringkali pengertian ilmu pengetahuan Islam ter-distorsi oleh kekuatan daya tarik kata Islam. Ilmu pengetahuan Islam tidak dipahami secra kritis dalam satu kesatuan pengertian yang utuh. Ilmu pengetahuan dalam bahasa Inggris sepadan dengan science dan dibedakan dengan pengetahuan (knowledge). Ilmu berasal dari term Arab al-ilm yang dipergunakan untuk ilmu tentang alam dan ilmu-ilmu lainnya dibedakan dengan istilah ra’y (opini atau tahu). Al-Ilm adalah pengetahuan yang diperkuat oleh bukti dan fakta yang dapat diuji dan dianalisa oleh siapapun. Apabila pencerapan fakta tidak memenuhi kriteria di atas maka kondisi tersebut hanya sampai pada posisi “tahu” saja.

Ilmu pengetahuan kemudian disingkat menjadi ilmu saja adalah pengetahuan yang didapat dengan mempergunakan metode. Metode ilmiah merupakan ciri utama untuk membedakan ilmu dari pengetahuan. Metode ilmiah menerapkan aturan-aturan yang baku untuk bisa disebut sebagai ilmu pengetahun. Metode ilmiah menerapkan eksperimen dan penelitian untuk mendapatkan data dan fakta ilmu. Berbeda dengan pengetahuan yang menerapkan metode trial and error atau metode pengamatan dan pengalaman. Pengetahuan merupakan fakta dan data yang didapat dengan melakukan pengamatan dan pengalaman.

Chalmers dalam bukunya “What is this thing called science?” memberikan definisi ilmu pengetahuan merupakan fakta yang didapat dengan pengalaman melalui proses observasi dan eksperimen. Ilmu pengetahuan berdasarkan pada fakta dan data yang dapat kita lihat, raba dengan mempergunakan indra. Ilmu harus bersifat obyektif sehingga pendapat pribadi, spekulasi imajinasi tidak mendapat tempat didalam ilmu. Definisi ilmu dari J.J. Davies tentang ilmu “Science is a structure built upon facts”. Davies memberikan penekanan arti ilmu pengetahuan merupakan kumpulan fakta yang terstruktur.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Perkembangan awal penelitian penegetahuan oleh filsafat dimulai oleh Bacon. Bacon mempopuler ilmu dengan jargon “science is power”. Beliau merumuskan norma umum dalam ilmu pengetahuan yang kemudian dikenal sebagai metode ilmiah. Metode ilmiah dimaksudkan sebagai penolakan terhadap Aristoteles yang berpendirian segala sesuatu memiliki sebab pertama dan tujuan akhir.

Metode ilmiah melakukan observasi empiris yang detail dan besifat partikular. Penolakan Bacon terhadap Aristoteles dengan diterbitkan bukunya yang berjudul Novum Organum. Novum Organum merupakan tandingan bagi karya Aristoteles Organon. Bacon memperkenalkan metode induksi-eksperimen yang mempergunakan data-data partikular yang telah diteliti melalui eksperimen yang detail dan kemudian melangkah pada penafsiran atas alam.

Ada dua langkah penggunaan induksi menurut Bacon. Pertama, rasio berangkat dari pengamatan indrawi partikular kemudian maju sampai pada ungkapan paling umum. Kedua, rasio berangkat dari fakta pengamatan indrawi partikular dan merumuskan pandangan umum yang paling dekat.

Setelah Bacon muncul pemikiran Positif-Empiris yang merumuskan sebuah pernyataaan bermakna dalam ilmu apabila pernyataan tersebut dapat diverifikasi. Positivisme digagas oleh Comte dengan memperkenalkan ide obyek positif. Metodologi ilmiah adalah cara untuk mendapatkan penegetahuan tentang kenyataan, dan kenyataan tersebut adalah satu objek positif. Metode penelitian yang dipergunakan dalam proses keilmuan adalah observasi, eksperimentasi dan komparasi.

Kritik terhadap metode induksi berikutnya dilakukan oleh Popper dengan pendekatan falsifikasi. Popper berpendapat jika ingin membuktikan kebenaran satu teori tidak hanya dengan menambahkan satu bukti empiris yang baru. Falsifikasi adalah kondisi ketika ditemukannya satu bukti kesalahan atas sebuah teori dan hal tersebut sudah cukup untuk menunjukkan bahwa teori tersebut tidak dapat dipergunakan lagi. Sebuah terori dianggap ilmiah oleh Popper apabila satu teori bisa disalahkan, disangkal dan diuji.

Teori pengetahuan berikut dari Kuhn memperkenalkan istilah paradigma yang menrupekan satu sistem keyakinan sebagai dasar upaya memecahkan teka- teki di dalam ilmu. Kuhn menerbitkan buku berjudul The structure of Scientific Revolutions, yang menggugat paradigma positivis. Proses perkembangan ilmu pengetahuan manusia berangkat dari keadaan yang disebut normal science dan revolutionary science. Ilmu pengetahuan yang tertulis adalah wilayah sain normal (normal science). Dalam keadaan normal ilmu pengetahuan didominasi oleh satu paradigma. Dominasi paradigma kemudian meningkat menjadi krisis sampai menemukan paradigma baru. Paradigma baru kemudian diterima dan mapan sehingga keadan kemudian berubah menjadi keadaan normal kembali. Kuhn berpendapat perkembangan dan kemajuan ilmu selalu bersifat revolusioner bukan evolusi atau kumulatif.

Adakah Ilmu Pengetahuan Islam?

Gohlsani memberikan metode pemahaman alam versi al-Quran melalui indra, akal dan intuisi. Pengetahuan yang didapat melalui indra adalah fakta dan data-data yang dapat dicerap oleh lima indra manusia. Pemahaman diperoleh melalui proses eksperimen dan observasi.

Maka, apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan. Dan langit,  bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? (QS 88: 17-19).

Data-data eksternal yang diperoleh indra tidak akan berarti apabila tidak melalui proses penalaran akal. Pengetahuan manusia menjadi berguna setelah dinalar dan direnungkan.

Selain pengetahuan yang didapat melalui eksperimen dan penalaran akal Al-Quran mengajarkan adanya metode lain dalam mendapatkan ilmu. Ilmu yang didapat para Nabi yang merupakan level tertinggi dikenal sebagai wahyu. Disamping wahyu ada pengetahuan yang disebut sebagai ilham yang didapat ahli sufi dalam meditasinya. Al-Quran memberikan tiga metode pencerapan ilmu melalui indra, akal dan intuisi.

Klaim ilmu penegetahuan Islam dalam penggunaan metode sangat sulit dibedakan dengan ilmu yang non Islam. Eksperimen dan observasi ilmiah merupakan pendekatan universal dan sama dalam setiap proses mendapatkan ilmu. Pemakaian istilah Islam hanya dapat dikaitkan dengan penerapan praktis dari ilmu. Pandangan Islam memberikan penekanan religius dan keharusan penerapan ilmu untuk kesejahteran bukan untuk kegiatan yang merusak. Silang pendapat mengenai penerimaan istilah Islam untuk ilmu pengetahuan sering terjadi. Penggunaan istilah Islam dalam beberapa kasus dilakukan tanpa dasar pemahaman yang kuat dan kadang-kadang hanya demi alasan penyelamatan iman.

Perbedaan antara Islam dan Non-Islam dalam ilmu pengetahuan terjadi pada pembahasan filosofis. Epistemologi Islam akan berbeda dengan yang non Islami atau ilmu duniawi. Kajian epistemologi tentang ilmu pengetahauan akan menelaah metode ilmiah yang diterima. Epistemologi Islam mengenal beberapa metode ilmiah yang dianggap sahih atau diterima seperti tajribi, burhani, irfani dan bayani. Keempat metode diatas tidak semuanya diterima oleh ilmu pengetahuan duniawi.

Tajribi adalah metde ilmu pengetahuan yang dikenal sebagai metode eksperimen. Eksperimen sudah lama diterapkan dalam kegiatan ilmiah masyarakat Islam. Burhani adalah metode yang dipergunakan untuk mengenali objek non-fisik yang tidak dikenal oleh indra manusia. Metode burhani merupakan metode logika dalam menarik kesimpulan dari premis yang telah diketahui dan menghasilkan pengetahuan dan informasi baru. Prosedur logika yang harus dipatuhi dalam menarik kesimpulan dikenal dengan sebutan silogisme.

Selain indra dan akal ilmu pengetahuan Islam mengakui hati (qalb) sebagai suatu alat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Metode pengetahuan dengan hati dalam filsafat disebut intuisi. Ilmu intuitif dikenal dalam epistemologi Islam sebagai ilmu hudhuri (knowledge by presence). Ilmu hudhuri mengenal objek pengetahuan tanpa melaui perantara seperti simbol, konsep dan alat bantu. Metode ini tidak mempergunakan akal tetapi menggunakan intuisi atau hati untuk mendapatkan pengetahuan.

Bayani merupakan pengakuan bahwa al-Quran adalah sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan. Konsep teologi Islam mempercayai al-Quran seperti juga alam adalah sumber pengetahuan yang luas. Untuk memahami al-Quran dipergunakan metode yang kita sebut bayani atau penjelasan.

Penggunan istilah Islam dalam ilmu pengetahuan dapat dipergunakan dalam level perbincangan filosofis. Gohlsani mengaitkan istilah Islam pada level praktis penerapan ilmu pengetahuan. Istilah Islam mempengaruhi penerapan pengetahuan hanya untuk kesejahteraan dan bukan untuk berbuat kerusakan. Pada level filosofis istilah Islam dapat diterapkan dan dapat dibedakan dengan ilmu non-Islam. Epistemologi Islam jelas berbeda dengan ilmu duniawi yang terjebak pada data-data empiris indrawi saja. Epistemologi Islam mengenal pencapaian ilmu melalui metode tajribi, burhani, irfani dan bayani. Keberadaan epistemologi Islam tidak diragukan dan didukung oleh metode yang dapat dipertangung jawabkan.

Semoga bermanfaat.

Leave a comment